Fundamental Solid, Saham BBNI Masih Dianggap Undervalued


Jakarta - Pergerakan saham bank besar dalam Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti (KBMI) IV terus mengalami fluktuasi. Investor asing mencatatkan net foreign sell dengan jumlah yang cukup besar.

Hingga akhir pekan lalu, harga saham bank besar tetap menunjukkan koreksi secara year to date. Bahkan beberapa di antaranya telah mencapai harga yang tergolong murah atau diskon.

Salah satunya adalah saham PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI), yang ditutup pada harga Rp4.540 atau mengalami koreksi hampir 16% secara YTD. Dari rekor tertingginya di Rp6.225, saham BBNI telah terkoreksi sebesar 37%.

Namun, penurunan harga ini tidak sepenuhnya mencerminkan fundamental yang dimiliki oleh BBNI. Bahkan, tekanan yang sedang dialami oleh BNI telah membuat harga saham ini tergolong undervalue, atau di bawah nilai bukunya.

Dengan nilai PBV yang saat ini masih di bawah 2, saham perbankan seperti BBNI dianggap murah dengan fundamental yang solid. Saat ini, BBNI diperdagangkan sekitar 1x price to book value (PBV), sementara secara historis bisa mencapai 1,5-2,0x dari nilai bukunya, menunjukkan bahwa saham BBNI saat ini diperdagangkan dengan diskon yang signifikan.

Secara fundamental, BBNI menunjukkan pertumbuhan yang kuat dengan laba dan dividen yang menjanjikan bagi para investor. Pada kuartal I-2024, BBNI mencatatkan laba bersih sebesar Rp 5,3 triliun, mengalami peningkatan 2% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencatatkan Rp 5,22 triliun.

Rasio kredit bermasalah (NPL) BNI per Maret 2024 juga menurun menjadi 2% dari 2,8% pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, outstanding kredit bank ini juga mengalami peningkatan yang signifikan, tumbuh sebesar 9,6% menjadi Rp 695,1 triliun.

Selain memiliki fundamental yang kuat, BBNI juga menawarkan potensi dividen yang menarik bagi investor. Pada tahun ini, BBNI telah membagikan dividen sebesar 50% dari laba tahun 2023, dengan total dividen mencapai Rp 10,45 triliun. Dividen per lembar saham saat ini ditetapkan sebesar Rp280,49.

Sebelumnya, BBNI juga telah membagikan dividen sebesar 42,76% dari total laba tahun buku 2022 senilai Rp7,32 triliun. Keputusan untuk meningkatkan rasio pembayaran dividen menjadi 50% tahun ini mencerminkan kinerja positif Perseroan yang berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp20,9 triliun pada 2023.

Menurut Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta, secara fundamental BBNI menunjukkan PBV yang menarik dibandingkan dengan bank KBMI IV lainnya. Meskipun harga sahamnya sedang mengalami downtrend dalam daily chart, dari sisi fundamental, BBNI menunjukkan kecenderungan bullish.

"Kondisi ini dapat dimanfaatkan untuk akumulasi secara bertahap sebagai investasi jangka panjang. BBNI berkomitmen untuk meningkatkan kredit, sementara di sisi lain, BBNI juga fokus pada peningkatan layanan remitansi dan treasury, menunjukkan prospek yang positif ke depannya," ujar Nafan.

Berdasarkan konsensus Bloomberg, mayoritas analis pasar modal merekomendasikan untuk membeli saham BBNI, dengan 31 analis atau 86,1% memberikan rekomendasi beli. Sedangkan 4 analis merekomendasikan untuk menahan (hold) saham BBNI, dan hanya 1 analis yang merekomendasikan untuk menjual (sell).

Target harga saham BBNI untuk 12 bulan ke depan, menurut konsensus Bloomberg, mencapai Rp6.081, atau potensi kenaikan sebesar 34% dari harga penutupan pekan lalu. 


Sumber : CNBC Indonesia

Belum ada Komentar untuk "Fundamental Solid, Saham BBNI Masih Dianggap Undervalued"

Posting Komentar

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2